Penulis lahir di Binjai pada tanggal 22 Agustus 1959, tetapi dibesarkan di Medan. Masa mudanya dilewati sebagai wartawan di Harian Analisa selama 11 tahun. Selama masa karirnya sebagai jurnalis, ia meraih juara berbagai lomba karya tulis baik tingkat Sumatera Utara maupun nasional. Selepas dari Harian Analisa, ia berkiprah sebagai wiraswasta dan sempat memimpin Harian Medan Bisnis serta Harian Global.
"Buku yang menarik, karena ditulis oleh etnis Tionghoa Medan yang punya pergaulan luas dan pintar menulis. Buku ini bukan hanya enak dibaca, tapi juga memberi manfaat untuk mengenal secara benar komunitas yang selama ini banyak disalahmengerti oleh kelompok lain tersebut. Bagi saudara-saudara saya dari kalangan Tionghoa Medan sendiri, ini buku yang tepat untuk dijadikan cermin buat introspeksi."
Edy Rahmayadi
Gubernur Sumatera Utara
Bahasa Hokkien Medan
Hokkien Medan adalah dialek Hokkien yang dituturkan oleh orang Tionghoa Indonesia di kota Medan di Indonesia. Ini adalah lingua franca di Medan dan negara-negara bagian utara Sumatera Utara yang berdekatan, dan merupakan subdialek dari dialek Zhangzhou, dengan penggunaan kosakata pinjaman bahasa Indonesia dan Inggris yang signifikan. Ini sebagian besar dialek lisan; jarang dicatat dalam huruf Tionghoa karena penggunaan huruf Tionghoa dilarang di Indonesia pada masa Orde Baru.
Jika dibandingkan dengan dialek Hokkien lain yang digunakan di Malaysia dan Singapura, Hokkien Medan masih dapat dipahami sampai tingkat tertentu. Penutur Hokkien Medan mungkin memiliki aksen yang mirip dengan penutur Malaysia dan Singapura. Hokkien Penang paling mirip dengan Hokkien Medan. Keduanya begitu mirip sehingga tidak mungkin untuk membedakan antara keduanya jika penutur Hokkien Medan tidak memadukan peminjaman bahasa Indonesia dalam pembicaraan mereka.
Referensi. Tionghoa Medan: Komunitas Paling Kontroversial di Indonesia
Komentar
Posting Komentar